Senin, 03 Desember 2018

MusTanG's Next Plan

Hello, Everyone. How's life?

Nggak kerasa ya, udah bulan Desember aja, dan bulan Desember biasanya menjadi bulan yang paling menguras tenaga, waktu, dan pikiran dibanding bulan-bulan lainnya, yah seenggaknya bagi career woman kayak aku gini ya. Haha.. Biasa, 'tutup buku'. Dan tampaknya bulan Desember-ku tahun ini akan berbeda dibanding bulan Desember sebelumnya. Aktifitasku sepertinya akan lebih padat. Kenapa? Karenaaaaaa.. bulan ini juga aku dan teman-teman MusTanG akan melakukan rekaman perdana! Anyway, sebelumnya aku ceritakan dulu dari awal ya.

Pasca perjalanan aku dan teman-teman MusTanG di Pekanbaru bulan September lalu, band kami bisa dibilang sempat berantakan. Berawal dari Mas Win dan Mas Feb yang berhenti main. Sejak saat itu, kami kesulitan mencari pengganti. Aku yang mau stop juga nggak enak ninggalin member yang tersisa. Kami pernah mengajak salah seorang pramuniaga untuk mengisi posisi Drummer, tapi sayangnya kami kurang merasa cocok dengan permainannya. Ada Supervisor Marketing yang (sepertinya) jago main drum juga, tapi setiap kali kami ajak, beliau mengaku belum siap. Nervous katanya. Sampai akhirnya, datanglah kabar dari Pak Yosep tentang rekaman itu. Beliau ingin kami melakukan yang lebih serius dari apa yang kami lakukan sekarang. Oh ya, Pak Yosep ini belum tau kalo Mas Win dan Mas Feb mundur. Beliau antusias banget, begitu juga dengan Mister Chokai dan Ryan. Sementara aku shock karena nggak nyangka semuanya akan sejauh itu. Rekaman? Bikin album? Are you kidding me?

Mendengar kabar dari Pak Yosep, Mister Chokai berulang kali membujuk Mas Win dan Mas Febri untuk kembali bergabung. Singkat cerita, hari Selasa 13 November, Mister Chokai berhasil membujuk Mas Febri untuk kembali ikut latihan sepulang kerja. Tapi gantian, hari itu untuk pertama kalinya aku mogok latihan. Telfon dari Mister Chokai dan Ryan sengaja nggak aku angkat. Aku udah memutuskan untuk keluar dari MusTanG. Alhasil, sore itu mereka cuma latihan bertiga, tanpa vokalis.

Keesokan harinya, Mister Chokai jadi jutek. Haha.. Seharian itu dia nggak negur sama sekali, nggak senyum sama sekali. Kesel, maybe, gara-gara kemarin itu. Awkward lah pokoknya. Tapi malam harinya dia kirim WhatsApp message, bujuk aku buat gabung lagi. Dan besoknya, sikap dia udah normal lagi. Well, sebenarnya Mister Chokai ini bukan tipe orang yang suka 'meledak' sih, soalnya kalopun lagi kesel, selama ini aku nggak pernah liat dia bentak-bentak gitu.
"Kenapa sih? Lagian nggak ada saya pun kalian bisa tetap lanjut kan? Kan ada Dhea," kataku.
"Yeee.. Nggak bisa lah, kan dia cuma partner. Kalopun iya juga nggak mungkin dia bolak balik Bekasi-Cirebon buat latihan", jelasnya. "Udah mepet waktunya nih. Besok Pak Yosep kesini bareng rombongan dari Jakarta". Aku menelan ludah. Besok?

Hari Kamis 15 November, sesuai rencana, Dhea, Pak Yosep, dan beberapa crew dari Jakarta datang. Jam dua siang, Mister Chokai, Ryan, Dhea, Pak Yosep, dan para crew tersebut berkumpul di Salsa Music Studio. Aku dan Mas Febri datang belakangan, itupun setelah ditelpon Dhea. Wkwk..

Crew dari Jakarta itu terdiri dari tiga orang yang ternyata udah cukup berpengalaman dalam bidang musik. Ada Mas Rudy Octave yang pernah memecahkan rekor MURI dengan bermain piano selama 14 jam nonstop (surprisingly, dia adalah adik Pak Yosep), lalu ada Mas Arfin Iyonk yang pernah turut andil dalam produksi salah satu lagu yang dinyanyikan Prilly Latuconsina, dan ada pula Mbak Nawang. Mereka bertiga inilah yang disebut-sebut akan memproduseri kami.

Pertama-tama, mereka tentunya memperkenalkan diri dulu, kemudian menjabarkan tentang apa-apa yang dibutuhkan dalam proses rekaman. Musik yang kami bawakan tentunya harus unik dan berbeda dari yang lain. Oh ya, aku belum bilang ya kalo untuk rekaman perdana ini lagu yang akan kami bawakan adalah lagu coveran alias lagu yang udah ada dan diaransemen ulang. Dan kebetulan lagu yang akan kami bawakan ini adalah lagu yang bisa dibilang cukup melegenda, lagu yang menurut kami lumayan sulit, karena penyanyi aslinya sendiri adalah merupakan seorang diva. Lagu ini tentunya bukan pilihan kami, tapi merupakan pilihan Pak Yosep. Aku pernah mencoba menyanyikan lagu ini, dan itu nadanya tinggi banget di bagian refrain. Suaraku kurang nyampe. Wkwkwk.. Alhasil bagian refrain aku serahkan pada Dhea.

Setelah memberikan sedikit penjelasan, mereka pun mempersilahkan kami untuk memainkan lagu itu dihadapan mereka. Setelah lagu berakhir, layaknya judges dalam ajang pencarian bakat, Mas Rudy pun memberi komentar dan masukan untuk kami.
"Kamu nyampe nggak kalo bawain reff?" tanya Mas Rudy padaku.
"Pernah latihan waktu itu, nggak nyampe, Mas," jawabku.
"Coba sekarang gantian gitu yang bawain reff pertama siapa, yang bawain reff kedua siapa. Jadi jangan ada yang spesialis reff si anu gitu, ntar yang dengar jadi berasumsi kalo kamu nggak kuat bawain bagian reff."
Akhirnya dimainkanlah lagu itu untuk kedua kalinya. Namun kali ini kami menyanyikan bagian refrain secara bergantian. Ternyata kali ini aku berhasil. Range vokalku nyampe, nggak tau kenapa. Haha..

Setelah itu, giliran Mas Iyonk yang memberi komentar. Menurutnya lagu cover yang kami, bawakan masih nggak jauh berbeda dengan lagu aslinya. Jadi dia ngasih kami masukan, hingga akhirnya terciptalah aransemen yang lebih jauh berbeda. Lagu yang aslinya slow mendayu-mendayu itu menjadi lebih nge-beat dan terkesan lebih semangat, dan aku lebih ngerasa nyaman aja gitu bawainnya.

Singkat cerita, Jum'at 23 November, Pak Faisal menghampiri aku dan Mas Febri. Beliau menyodorkan sebuah metronom pada Mas Febri, dan selembar brosur dari sebuah tempat les musik padaku.
"Apa ini, Pak?" tanya Mas Febri.
"Dari Pak Yosep, buat kamu latihan", jawab beliau.
"Wah, saya mau dikasih les vokal nih, Pak?" selorohku sambil membaca brosur tadi. Dibaliknya terdapat tulisan tangan yang kukira adalah sebuah jadwal, karena tertera nama-nama hari sekaligus jam gitu.
Pak Faisal tertawa. "Coba Putri hubungi Pak Yosep, tanyakan langsung ya", jawab beliau. Karena Pak Faisal bilang begitu, akhirnya aku telpon lah Pak Yosep. Hanya aja aku nggak nelpon ke nomor beliau langsung, melainkan ke nomor Dhea. Sayangnya saat itu Pak Yosep sedang menyetir dan nggak bisa nerima telepon. Akhirnya aku kirim pesan WA aja langsung ke nomor beliau.

Pak Yosep nggak balas pesanku hingga berhari-hari kemudian. Hingga suatu hari, ketika Dhea datang ke kantor untuk suatu tugas, Pak Yosep yang saat itu sedang berada di Pekanbaru menelpon ke hapenya dan meminta untuk bicara denganku. Dhea pun menyerahkan hapenya padaku, mempersilahkan Pak Yosep untuk ngobrol denganku. Well, singkatnya sih beliau ngasih tau jadwal recording band kami yang ternyataaaa waktunya udah deket banget. Tanggal 4 untuk recording drum, tanggal 5 untuk recording bass dan gitar, tanggal 6 untuk recording vokal. Selain itu, beliau juga menjelaskan tentang brosur dan jadwal les yang aku terima dari Pak Faisal tempo hari. Rupanya benar, aku diminta untuk mengikuti les vokal, seenggaknya empat pertemuan aja, hanya sampai menguasai satu lagu itu. Aku pun mengiyakan. Hari itu juga aku menelpon tempat les musik tersebut dan menyampaikan bahwa aku ingin mendaftar. Lalu penerima telepon itu mempersilahkan aku untuk datang esok harinya jam dua siang sambil membawa uang pendaftaran dan biaya les.

Keesokan harinya, tepatnya hari Sabtu kemarin, turun hujan deras dari jam duabelas siang, dan hujannya masih awet sampai jam berikutnya. Akhirnya aku kembali menelpon tempat les musik tersebut, bertanya tentang jadwal les vokal yang tersedia selain jam dua siang.
"Wah, hari ini full, Mbak. Tadi jam satu kosong padahal", kata si penerima telepon.
"Lho, kemarin katanya jam dua bisa, Mas?"
"Iya, tapi jam duanya ada murid lain yang ngisi. Kalo Sabtu depan aja gimana?"
Aku pun bingung, karena waktunya udah mepet banget.
"Ya udah deh, ntar saya pikir-pikir dulu, Mas", kataku mengakhiri telepon. Kecewa sih, karena waktunya udah mepet gitu, waktu les vokalnya malah diundur. Ya aku juga nggak bisa menyalahkan pihak tempat les juga sih, karena mereka tentunya memprioritaskan murid yang udah terdaftar. Sedangkan aku kan masih berstatus calon murid. Bayar aja belum, karena Pak Yosep juga baru transfer uang untuk biaya les vokal hari Sabtu itu. Wkwk..

Sekitar jam setengah tiga sore, hujan pun reda. Aku memutuskan untuk mampir ke tempat les musik tersebut sepulang dari kantor. Nggak sulit menemukan lokasinya, karena kebetulan aku cukup sering ke kawasan itu, dan tempatnya pun tepat di pinggir jalan. Pintu masuknya merupakan pintu kaca dengan motif hitam putih yang menyerupai tuts-tuts piano.

Begitu masuk kedalam, tempatnya sih nggak besar, juga nggak bisa dibilang kecil. Hanya aja memang space di ruang tunggu dan tempat pendaftarannya itu sempit karena terdapat puluhan gitar elektrik dan bass dalam berbagai merk dan tipe berjajar di display. Di dalam situ juga terdapat ruangan lain tempat mereka memajang puluhan gitar akustik dan keyboard. Well, rupanya selain menyediakan jasa les musik dan studio, mereka juga menjual berbagai alat musik disana. Seorang remaja berkerudung duduk di kursi panjang dekat pintu masuk. Dihadapannya, seorang lelaki kurus bernyanyi-nyanyi sambil bermain gitar.
"Permisi, ucapku".
"Ada perlu apa, Mbak?" tanya seorang lelaki bertubuh gempal.
"Mau les vokal, Mas. Yaa mau tanya-tanya dulu sih.." jawabku.
Kemudian aku pun menjelaskan semuanya. Kubilang kalo aku cuma butuh les untuk sementara waktu, nggak berbulan-bulan gitu.
"Wah, kalo gitu sih kenapa gak langsung ke gurunya aja, Mbak?"
"Memang bisa kayak gitu, Mas? Yaa kalo bisa mah saya minta nomor kontak gurunya deh". Kan malah lebih enak gitu kalo bisa langsung ke gurunya. Mungkin bisa lebih fleksibel waktu belajarnya.
"Sebentar ya, saya WA orangnya dulu".
Kemudian ia tampak mengetikkan sesuatu di layar hapenya. Yah, mungkin minta ijin pada Si Guru. Biar bagaimanapun kan kurang sopan rasanya kalo asal kasih nomor kontak pribadi ke orang lain.
"Saya minta nomor WA Mbak aja deh. Nanti saya kabarin", ucap lelaki itu kemudian.

Setelah memberikan nomor kontakku, aku pun pamit pulang. Tanpa diduga, di tengah perjalanan pulang, lelaki gempal yang kemudian kupanggil Mas Apip itu menelpon dan bilang kalo Si Guru cuma bersedia mengajar di tempat les. Alright then, nevermind. Akhirnya kuputuskan hari Senin aku kembali kesana untuk registrasi.

Aaaandd.. here's the day! Namun pagi ini aku justru bangun dengan kondisi badan yang kurang fit. Kaki dan bahuku sakit kayak yang habis kerja berat, entah kenapa. Sebenarnya udah terasa sejak hari Sabtu sih, kemudian hari Minggu makin menjadi. Mungkin karena udah sakit, ditambah satnight dengan main PS sampai larut malam, makanya makin menjadi. Wkwk.. Dan hari ini meski rasanya agak mendingan, tapi tetap aja belum bisa disebut sembuh. Karena hal ini, aku pun memutuskan untuk nggak ngantor dulu. Yah, seenggaknya buat hari ini doang.

Sekitar jam satu siang, aku pun prepare buat les. Begitu tiba disana, aku langsung menemui Staff Administrasi yang saat itu tengah menikmati mi ayam.
"Mas, maaf, mau daftar les vokal," ucapku.
"Mbak Putri kah?" tanya orang itu. Aku mengangguk.
"Sebentar", kemudian ia tampak menekan-nekan tombol telepon dan bicara dengan seseorang. Percakapannya singkat, cuma mengkonfirmasi gitu kalo aku jadi ikut les.

Setelah itu, aku pun disuruh mengisi formulir pendaftaran dan membayarkan uang pendaftaran plus biaya les.
"Maaf nih, Mas, ganggu waktu makan siangnya," ucapku nggak enak sendiri.
"Gapapa, lagian udah lewat juga waktu istirahatnya. Cuma baru sempat makan," katanya. Jadilah kami ngobrol-ngobrol sedikit. Nama Staff Administrasi itu, Didi. Di dekat kami, ada tiga orang lelaki yang merupakan para karyawan tempat les tersebut. Ada Mas Apip yang kemarin Sabtu ngobrol denganku, Mas Ade, dan seorang tukang parkir. Mereka asyik bernyanyi-nyanyi dengan diiringi permainan gitar, dan suara mereka nggak ada yang fals. Entahlah apakah hanya bakat? Atau apakah profesi mereka di tempat les musik menjadikan mereka berbakat? Atau apakah pandai bernyanyi merupakan syarat untuk menjadi karyawan disana? Karena sepertinya memalukan juga kan kalo bekerja di tempat seperti itu tapi nggak pandai bernyanyi ataupun bermain alat musik. Hihi.. Aku sempat diajak mereka untuk ikut bernyanyi, tapi aku malu. Wkwk..

"Disini muridnya banyak, Mas?"
"Ya lumayan. Tapi.. anak-anak semua", jawab Mas Didi sambil nyengir lebar. Bagus, aku murid paling tua disini. Haha..

Lumayan lama juga aku menunggu disitu, karena hari itu kebetulan Si Guru yang mereka panggil Pak Verry itu memiliki trouble dengan motornya. Aku sempat membayangkan Si Guru ini adalah bapak-bapak berusia setengah baya dengan kumis gitu. Hahaha.. Tapi pas lihat orangnya ternyata masih muda, mungkin gak beda jauh dengan umur Mister Chokai. And surprisingly, ia juga rupanya lulusan SMA tempatku bersekolah dulu, sama kayak Mister Chokai. Tapi entah angkatan berapa. Aku tanya apakah dia kenal Choky Pitana atau enggak, dia bilang nggak tau. Yah, mungkin beda angkatan. Aku jadi bingung antara mau manggil 'Mas atau 'Bapak'. Wkwk.. Rambutnya lurus dengan poni bagian samping yang agak panjang (tolong jangan bayangin Andhika Mahesa ya. Haha..), dan kulitnya putih. Dia seperti versi maskulinnya Mas Slamet, mantan salah satu Staff Admin di kantor tempatku bekerja yang memang agak kemayu. Well, dengan kata lain, ia lumayan good-looking.

Setelah berkenalan dan bercerita sedikit tentang masalah motornya, Mas Verry mengajakku ke sebuah ruangan di lantai atas. Di ruangan itu terdapat berbagai alat musik seperti drum, keyboard, gitar, dan bass. Mas Verry duduk di belakang keyboard dan mulai menekan tuts-tutsnya, sementara aku duduk satu meter di depannya.
"Yuk, kita mulai dari do re mi fa sol dulu. Berdiri dong", katanya. Aku pun menurut.
"Bentar, bentar, napas dulu", katanya sambil kemudian mengatur napas. Ya iyalah, capek juga kan baru naik tangga udah langsung main aja :'v

Selanjutnya, aku diminta menyanyikan nada do re mi fa sol la si do berulang-ulang, mulai dari nada rendah sampai ke nada yang lebih tinggi, mulai dari vokal a sampai o, kadang juga hanya dengan humming (pakai 'hmm hmmm hmm' gitu lah). Dan itu lumayan sulit menurutku. Entah kenapa kalo disuruh seperti itu, suaraku nggak bisa mencapai nada tinggi. Lebih gampang bernyanyi. Maka ketika Mas Verry memintaku bernyanyi (waktu itu aku memilih menyanyikan lagu Separuh Nafasku dan Tua Tua Keladi), ia bilang "Kamu kalo nyanyi bisa, tapi giliran menyanyikan nada dasar kok malah fals. Padahal sebenarnya range suara kamu nyampe lho, tapi kamu tahan-tahan". Makanya kenapa nggak langsung ke intinya aja sih, Mas? Biar cepet bisa gitu lho. Udah mepet banget waktunya, batinku.

Sayangnya praktek pertamaku di tempat les vokal hari ini hanya sampai disitu dulu. Karena waktunya mepet, aku minta waktu les ku dipercepat, yang sebenarnya seminggu sekali jadi lebih ngebut. Aku minta dikasih les hari Kamis (karena jadwal mengajarnya memang cuma hari Senin, Kamis dan Sabtu doang). Dan hari Kamis itu bertepatan dengan jadwalku rekaman. Jam satu les, jam dua rekaman. Huaaaaahhh.. Semoga lancar deh.

Setelah les vokal, sekitar jam lima sore aku menuju Salsa Music Studio untuk latihan terakhir. Saat aku tiba di studio, Mister Chokai dan Mas Win udah menunggu.
"Haaaahh.. Kirain udah pada ngumpul semua", kataku sambil menggeser kursi di sebelah Mas Win.
"Udah duduk dulu. Nih minum", Mister Chokai menggeser segelas es Nutrisari jambu yang udah tersedia di atas meja.
"Buat saya nih? Makasih ya.." ucapku. Dia sendiri masih santai menyantap mi goreng. Karena yang datang baru bertiga, kami pun ngobrol-ngobrol, hingga akhirnya datanglah Mas Febri yang langsung bergabung bersama kami.

Lepas Magrib, kami berempat pun memutuskan untuk masuk studio dan langsung mulai latihan, karena Ryan nggak ada tanda-tanda bakal datang. Namun alhamdulillah, latihan terakhir kami berjalan lancar, meskipun di menit-menit akhir suaraku udah mulai nggak karuan. Wkwkwk.. Ah entahlah. Baru dibawa nyanyi sekitaran satu setengah jam aja suara udah kayak kucing kecekik gitu, gimana kalo dibawa nyanyi tiga jam coba 😂 Ya, proses rekaman hari Kamis nanti kan diperkirakan bakal selama tiga jam. Haha..

Well, intinyaaa mulai sekarang aku nggak akan lagi menjadikan hal ini sebagai beban. Meski ya agak berat juga sih, karena udah jadi tanggung jawab. Tapi lagi-lagi aku ambil sisi positifnya aja dari semua ini. Anggap aja ini semua sebagai ajang melatih diri untuk bisa lebih terbuka dan percaya diri. Lagipula dengan bergabung bersama MusTanG, aku banyak mendapatkan pengalaman dan ilmu yang berharga. Aku jadi tau gimana rasanya bernyanyi di atas panggung, gimana rasanya bernyanyi di depan orang banyak, gimana caranya bernyanyi dengan benar, dan tentunya gimana proses dan tahapan-tahapan rekaman lagu.

Doain yaa, biar recording kami besok dan dua hari selanjutnya berjalan lancar tanpa kendala ^^
posted from Bloggeroid

4 komentar:

Alfi Sabila Rasyad mengatakan...

Semangat Vidiaaa.. kudoakan semoga recordingnya lancar. So glad to know that you're a vocalist, ternyata. Pantas suaranya mantuuul gitu. 😆

Putri Vidialesta mengatakan...

Makasih banyak supportnya, Vy 😊
Your singing is better than mine. Kapan kapan kolab lagi yuk 😸

Alfi Sabila Rasyad mengatakan...

Sama - sama Vid. Hayuk lah. Maaf ya yg kemarin enggak bisa ikut kolab. Lagi batuk - batuk soalnya. 😭

Putri Vidialesta mengatakan...

Memang lagi musim sakit kayaknya ya. Bulan lalu juga aku dua kali kena batuk pilek 😅 Gimana kondisimu sekarang?

Posting Komentar

Total Tayangan Halaman

 
;