Kamis, 05 Juni 2014

Aku, Film THE BILLIONAIRE, dan Tao Kae Noi

Berawal dari keisengan aku nonton film. Tepat akhir bulan Mei lalu, aku nonton film Billionaire yang udah ada di netbookku. Sebenernya sih film ini udah aku download sejak Agustus tahun lalu, tapi aku baru nonton akhir bulan kemaren. Hahaha.. terlalu ya.. :P

***

Film ini menceritakan tentang kisah dibalik produk rumput laut goreng asal Thailand, TAO KAE NOI.




Hiduplah seorang remaja bernama Top Ittipat (diperankan oleh Pachara Chirathivat) yang merupakan seorang gamer alias orang yang hobinya main game. Dia hobi banget main game sejak SMA. Dan dari hobinya itu, dia bisa memperoleh banyak uang berkat usahanya berjualan senjata game online, bahkan dia bisa beli mobil dari uang hasil usahanya itu. Tapi biarpun Top udah bisa nyari duit sendiri, ortunya sama sekali nggak merestui apa yang anaknya itu lakuin. Mereka bahkan sangat geram waktu mengetahui Top nggak lulus masuk universitas negeri karena terlalu berambisi menjadi pengusaha senjata game online dan nggak mementingkan pendidikannya sendiri.

Suatu hari, akun Top dihapus oleh admin game online karena dia dianggap menyalahgunakan akun itu untuk keperluan komersial. Top pun bingung gimana caranya dia dapetin uang lagi. Apalagi dia udah keburu bilang ke ortunya kalo dia bisa cari uang sendiri dan sama sekali nggak butuh uang bapaknya. Kemudian dia berniat membuka toko DVD Player. Dengan sisa uang tabungannya, Top membeli 50 unit DVD Player seharga 500 Baht perunit untuk dia jual kembali. Apesnya, ternyata dia ditipu sama si penjual DVD itu, karena ternyata 50 unit DVD Player yang dia beli itu adalah DVD Player bajakan yang cepet banget rusak karena cuma buat satu kali pake.

Setelah gagal membuka usaha penjualan DVD Player, Top mencoba untuk berjualan kacang. Dia menyewa sebuah mesin pembuat kacang yang canggih dengan harga 50 Baht. Dia nggak peduli dengan bapaknya yang marah-marah karena kelakuannya itu. Kemudian Top melakukan survey dan uji coba demi menghasilkan kacang yang enak dan diminati pasar. Setelah berhasil membuat kacang yang enak, Top pun mulai berjualan kacang dengan dibantu pamannya yang setia. Top menyewa lokasi di sebuah mall untuk membuka gerai kacangnya. Sayangnya, karena lokasinya kurang strategis, kacang yang mereka jual menjadi kurang laku. Kemudian Top berpindah lokasi ke tempat yang lebih strategis, yaitu didepan pintu masuk mall. Usaha inipun berbuah manis. Baru hari pertama berjualan di lokasi yang baru, kacang yang Top jual laku keras. Saking larisnya, Top nekat membuka cabang baru. Eh, baru aja buka cabang, usaha penjualan kacang milik Top malah terancam diberhentikan oleh pihak mall karena asap dari mesin penggoreng kacang yang Top gunain mengotori atap mall. Tapi Top bersikeras buat tetep berjualan. Dia bahkan menyanggupi permintaan pihak mall untuk membersihkan atap mall setiap selesai berjualan. Hari itu juga, ibunya mengajak Top untuk pindah ke China bersama kedua orangtuanya. Tapi Top bersikeras untuk tetap tinggal di Thailand dan melanjutkan bisnisnya. Sayangnya bisnis berjualan kacang itu diberhentikan oleh pihak mall karena lokasi tempat berjualan Top udah disewakan ke penjual lain.

Suatu pagi, Top menemukan Surat Pemberitahuan Penyitaan yang ditempel didepan pagar rumahnya. Dia sangat terpukul mengetahui hal itu. Ia pun menyendiri di sebuah rumah makan. Pulang dari rumah makan itu, Top bertemu dengan ceweknya yang baru pulang dari Provinsi Rayong dan ngebawa oleh-oleh cemilan rumput laut. Top bertanya sama ceweknya, "Kok belinya jauh banget? Emangnya disini nggak ada yang jual?"
Ceweknya jawab, "Nggak ada.."
Kemudian mereka berdua menikmati cemilan rumput laut tersebut. Ternyata rasanya enak. Dari situlah Top melihat peluang memulai bisnis baru, yaitu berjualan cemilan rumput laut.

Dia mencoba bertanya sana-sini tentang bagaimana caranya agar rumput laut mentah yang dia beli bisa tahan lebih dari tiga hari, tapi nggak ada yang tau caranya. Sampe akhirnya dia belajar pada seorang dekan Fakultas Ilmu dan Teknologi Pangan di Kasetsart University. Dari situ, ia mendapat ilmu bahwa agar makanan atau bahan makanan lebih awet, makanan atau bahan makanan tersebut harus dikemas dengan baik dan nggak boleh dibiarkan terbuka agar terbebas dari bakteri. Setelah itu, ia pun memborong beberapa kardus rumput laut dan mencoba menggorengnya dirumah bersama pamannya. Awalnya, rumput laut yang mereka goreng nggak ada yang berhasil. Rasanya pait gitu deh. Mereka mencoba berkali-kali, sampe-sampe Top rela menjual semua komputernya untuk membeli beberapa kardus rumput laut, tapi selalu aja gagal. Hingga pada akhirnya, terjadilah suatu insiden dimana paman Top jatuh sakit. Beliau pingsan di dapur dalam keadaan basah kuyup kena air hujan. Disebelahnya ada sebungkus rumput laut yang belum digoreng yang juga basah kena air hujan. Top membawa pamannya ke rumah sakit.

Selama pamannya dirawat di rumah sakit, Top menggoreng berkardus-kardus rumput laut itu sendirian sampe abis, tapi belum berhasil juga. Sampe akhirnya hanya tersisa satu bungkus rumput laut yang kena air hujan itu. Karena nggak ada rumput laut yang tersisa lagi (selain rumput laut yang kehujanan itu), akhirnya Top menggoreng rumput laut itu, dan ternyata.. rasanya enak! Rupanya rumput laut itu harus dibasahin dulu sebelum digoreng. Akhirnya, Top pun menjual rumput laut goreng buatannya ke pusat perbelanjaan dan laku keras. Dan hari itu juga dia tau bahwa bapaknya punya utang ke bank sebesar 40 juta Bath alias 12 milyar Rupiah.

Kemudian Top mencoba buat bekerjasama dengan 7-Eleven dengan menawarkan produk rumput laut goreng buatannya. Sayangnya, produk rumput laut gorengnya itu ditolak dengan alasan kemasannya yang nggak layak jual, ukuran yang terlalu besar, dan harganya yang dianggap terlalu mahal. Tapi meskipun begitu, Top nggak nyerah. Dia mendatangi seorang designer untuk membuatkan desain kemasan yang bagus untuk produknya. Dan ia menamakan produknya itu TAO KAE NOI, yang artinya Pengusaha Muda.

Setelah memberi sedikit perubahan pada produknya, Top kembali ke 7-Eleven, membawa beberapa bungkus TAO KAE NOI. Sayangnya, hari itu dia nggak ketemu sama manager perusahaan itu. Akhirnya dengan perasaan kecewa, Top memberikan semua TAO KAE NOI yang dia bawa kepada satpam penjaga di kantor itu. Tanpa diduga, para karyawan perusahaan itu mencoba produk rumput laut milik Top itu dan mereka menyukainya. Akhirnya Top dihubungi oleh pihak 7-Eleven yang menyatakan bahwa produknya diterima. Top pun menandatangani kontrak. Ia harus memproduksi 72.000 pcs TAO KAE NOI untuk dikirim ke 6000 cabang.

Mendengar persyaratan itu, Top kembali bingung. Bagaimana ia bisa memproduksi 72.000 pcs kalo dia cuma memproduksinya dirumah hanya dengan dibantu pamannya? Apalagi dalam waktu sebulan, ia harus menunjukkan pabrik miliknya karena pihak 7-Eleven & GMP akan segera melakukan inspeksi. Sementara dia sendiri kan nggak punya pabrik. Kemudian Top mencoba untuk meminjam uang ke bank untuk membangun pabrik. Sayangnya permintaannya ditolak oleh pihak bank, karena Top dianggap terlalu muda untuk meminjam uang ke bank. Umurnya masih 19 tahun (seumuran aku! huaaahh..)

Lagi-lagi, Top nggak menyerah. Ia menjual mobil miliknya, kemudian menyulap kantor kecil milik keluarganya menjadi sebuah pabrik kecil dan mempekerjakan beberapa orang karyawan. Tapi ketika manager 7-Eleven dan pihak GMP menginspeksi pabrik kecil Top, mereka menganggap bahwa pabrik kecil itu belum memenuhi standar.. mulai dari lampu neonnya yang nggak pake penutup, pemasangan saluran air yang belum benar, dan cara pengoperasian wastafel yang kurang baik. Namun dengan segera Top menyempurnakan kekurangan pabriknya hingga akhirnya kontraknya disetujui.

Akhirnya, setelah 2 tahun Top bekersama dengan 7-Eleven, Top bisa melunasi utang bapaknya dan bisa menempati rumah bersama kedua ortunya lagi. Ketika film ini dibuat (sekitar tahun 2011), Top memiliki 2500 karyawan, mengirim produknya ke 6000 cabang 7-Eleven, dan mengekspor produknya tersebut ke 27 negara didunia termasuk Indonesia. Bahkan ia telah memiliki perkebunan rumput laut di Korea Selatan. Tahun 2010 ia meraup keuntungan sebesar 1.500 juta Bath atau sekitar 450 milyar Rupiah, dan umurnya baru 26 tahun.

***

Nah, gara-gara film itu tuh, aku jadi penasaran sama rasa Tao Kae Noi. Hahaha.. aneh nggak sih? Bukannya penasaran sama tips suksesnya Top, ini malah penasaran sama produknya. Waktu aku ngeliat si Top makan rumput laut goreng itu kok keliatannya kayak enak banget gitu. Makanya aku penasaran. Aku emang udah lama ngeliat cemilan itu nangkring di rak supermarket, tapi aku nggak pernah tertarik buat nyobain. Coz selain harganya yang mahal tapi isinya sedikit juga karena ibu aku yang pernah nyobain bilang kalo makan Tao Kae Noi tuh kayak makan kertas. Selain itu juga katanya rasanya aneh. Maka dari itu, boro-boro aku pengen beli.

Tapi gara-gara nonton film itu, aku jadi penasaran setengah mati sama rasanya. Sampe kebayang-bayang gitu deh. Pernah nonton SpongeBob Squarepants yang episode si Squidward ketagihan Krabby Patty nggak? Ya begitulah kira-kira rasa penasaran aku. Mwahaha..

Kemudian, aku browsing deh. Mulai dari Google sampe Twitter aku jelajahin buat nyari tau gimana rasanya cemilan yang satu ini. Aku juga nyari tau berapa harganya, berapa isinya, dan varian rasa apa yang paling enak. Eh, ternyata bukan cuma aku lho yang penasaran sama Tao Kae Noi setelah nonton film itu, tapi banyak. Haha.. Entahlah. Kayaknya film itu punya efek hipnotis gitu deh. Makanya orang-orang yang nonton film itu jadi penasaran sama Tao Kae Noi dan ketagihan :P *sok tau*

Yaahh.. mungkin pembuatan film ini termasuk strategi pemasaran kali ya, biar Tao Kae Noi makin laku dipasaran.

Banyak yang bilang Tao Kae Noi itu rasanya unik dan bikin kantong bolong karena harganya yang mahal tapi rasanya yang bikin nagih. Gara-gara itu, aku jadi makin penasaran. Kebetulan tadi siang aku dan ibu main ke PGC buat beli blazer. Setelah itu, kami mampir ke Asia Toserba. Disana aku beli Tao Kae Noi. Tadinya aku mau beli dua sachet Tao Kae Noi.. satu yang ukuran 5gr harga Rp 3500 rasa Spicy, dan yang satunya lagi ukuran 20gr harga Rp 12500 rasa Original. Tapi pas aku nunjukin itu ke ibu, beliau kurang setuju gitu. Katanya coba sebungkus aja dulu, jangan langsung beli dua. Sayang kalo nggak doyan dan nggak dimakan. Akhirnya aku beli yang ukuran 20gr deh.


Ini dia penampakannya..




Begitu pulang dari supermarket, aku langsung buka snack itu. Ternyata ya.. isinya tuh BANYAK BANGET! Bener-bener nggak sebanding dengan harganya yang MURAH BANGET! 11 lembar rumput laut goreng. Luar biasa kan banyaknya? Ngahahaha.. *ketawa miris*




Awalnya, aku cium dulu baunya. Ya gitu deh, ada aroma amis-amis gitu. Wajar lah ya, namanya juga makanan laut. Lalu aku cicipin sedikit. Ternyataaaa.. rasanya kayak ikan asin! Beneran, kayak ikan asin. Mirip banget. Trus aku makan dengan gigitan besar. Enak sih.. Unik gimana gitu.. Kayak makan daun kering rasa ikan asin. Tapi yaaa kalo dipikir-pikir, harga Rp 12500 terlalu mahal cuma buat beli sebungkus snack dengan berat 20gr yang berisi sebelas lembar rumput laut rasa ikan asin kayak gini. Padahal kalo beli snack kentang Lays, bisa dapet dua bungkus isi 40gr, plus uang kembalian. Jadi menurutku, daripada kantong bolong cuma buat beli beberapa lembar rumput laut goreng doang, mending beli rempeyek ikan asin aja di pasar. Rp 12500 dapet banyak tuh. Mwahahaha.. :P

Pas aku lagi makan snack itu, ibu minta. Pas beliau makan, katanya rasanya enak. Padahal sebelumnya beliau bilang rasanya aneh. Haha.. Yah, mungkin snack ini baru kerasa enak kalo udah makan lebih dari satu kali. Entahlah..
Trus aku cari si Pusi. Aku tawarin Tao Kae Noi ke dia. Tadinya Tao Kae Noi yang aku kasih cuma dia endus-endus doang, nggak dimakan. Akhirnya aku suapin. Eh, ternyata dia doyan juga. Malah nagih gitu. Aku udah kasih dia selembar, dia masih nongkrongin aku makan.




Haaahh.. sekarang aku nggak penasaran lagi deh sama snack rumput laut yang satu ini. Yah, sebenernya aku masih penasaran sama rasa Tao Kae Noi yang balut tepung sih. Tapi kalo mengingat harganya yang selangit, kayaknya aku harus mikir-mikir lagi deh. Sayang uangnya. Hahaha.. Lain kali aja deh.

***

Sekarang kembali lagi ke si pemilik produk, Top Ittipat. Aku kagum banget sama dia. Dia masih muda, tapi pinter ngeliat peluang, pantang menyerah dan berani ngambil resiko. Padahal dia nggak kuliah. Sekolah aja kerjanya main game terus. Tapi dia bisa sukses. Ini nih yang namanya bersakit-sakit dahulu dan bersenang-senang kemudian. Top rela menghabiskan semua hartanya buat memulai usaha, sampe akhirnya usaha keras dia berbuah manis. Well, emang itu sih sikap yang harus dimilikin sama calon pengusaha sukses. Ah, keren deh pokoknya!


Ini dia si pengusaha muda, Top Ittipat yang asli :D

Satu quote berharga dari Top,
Jangan patah semangat walau apapun yang terjadi. Jika kita menyerah, maka habislah sudah.

0 komentar:

Posting Komentar

Total Tayangan Halaman

 
;