Senin, 30 Juni 2014

Nostalgia Masa Kecil

Masa kecil adalah masa yang paling menyenangkan buat sebagian orang, termasuk aku. Well, mungkin kebanyakan berpikir bahwa masa remaja lah yang paling menyenangkan. Tapi buat aku.. childhood is the best era!

Masa kecil adalah masa dimana kita bersenang-senang sebebas-bebasnya tanpa beban. Masa dimana kita bermain sepuas-puasnya. Masa dimana kita aktif berpetualang dalam imajinasi. Haaahh.. masa kecil.. :D

Nah, ngomongin masa kecil, di postingan aku di hari ultah aku yang memasuki usia kepala dua ini, aku mau bernostalgia ke masa kecil aku dulu.

***

Waktu kecil aku tomboy banget. Aku nggak pernah mau pake baju cewek, apalagi yang berupa dress gitu. Aku cuman mau pake celana dan kaos, bahkan celana dan kaos cowok. Padahal baju-baju cewek yang aku punya bisa dibilang bagus-bagus. Dulu aku juga suka main layangan, walau nggak bisa menerbangkannya. Aku juga suka manjat pohon mangga dan pohon srikaya dibelakang rumah. Dan kadang kalo main rumah-rumahan, aku suka berperan sebagai cowok. Hahaha.. Bahkan aku juga pernah main sama anak-anak cowok. Keluyuran, main di kali..
Aku masih inget ketika suatu sore aku main di kali sama salah satu keponakan aku dan temen-temennya. Keponakan aku itu umurnya dua tahun lebih muda dari aku. Pas lagi asik main, bapak aku yang baru pulang kerja ngeliat aku. Aku diteriakin, disuruh pulang. Pas nyampe rumah, aku disemprot, dan of course.. aku kena tabok.. (=__=)

Dulu aku pernah bilang ke ibu, "Bu, kenapa saya nggak lahir sebagai laki-laki aja?" dan ibu pun marah. Serem banget. Sejak saat itu aku nggak pernah berani bilang gitu lagi.

Walau tomboy, tapi waktu kecil aku terobsesi banget punya rambut panjang. Karena obsesi aku itu, aku sering pake celana panjang aku dikepala, seolah-olah celana panjang yang aku pake dikepala itu adalah rambut. Wakakakak.. konyol banget emang kalo diinget-inget. Kalo nggak salah umur aku baru tiga tahun waktu itu.

Seperti yang pernah aku ceritakan di entri sebelumnya yang aku posting tanggal 25 Februari lalu, dulu aku tuh jahil banget. Aku suka bohongin anak-anak yang lebih muda dari aku. Teman masa kecil aku adalah Dewi, Kiki, dan adik aku sendiri. Umur Dewi dua tahun lebih muda dari aku, sementara umur Kiki tiga tahun lebih muda, sama kayak adik aku. Waktu itu (kalo nggak salah) aku kelas tiga SD, sementara Dewi, Kiki, dan adik aku masih TK. Waktu kecil, dua teman masa kecil aku itu punya kebiasaan jelek, yaitu kencing di sembarang tempat. Oke, biar lebih manusiawi, aku sebut kencing itu buang air kecil aja yak. Well, kalo kebelet buang air kecil, mereka buang air kecil dimana aja. Di balik tembok, dibalik pohon, atau disemak-semak. Untungnya mereka nggak buang air kecil  dengan berdiri atau mengangkat satu kakinya :P
Yah, namanya juga anak kecil, jadi maklumin aja kalo mereka belum tau malu meskipun mereka itu cewek. Untung sekarang kebiasaan itu udah ilang.
Waktu itu, didepan rumah aku masih ada sebuah pohon mangga gede. Pohon itu aneh banget buat aku, coz batang pohonnya ditumbuhin benjolan-benjolan gede mirip bisul. Aku pernah cerita ke mereka berdua, termasuk ke adik aku sendiri kalo tuh pohon ada penunggunya, yaitu siluman burung walet yang bernama Nyai Walet, dan sering gentayangan tiap tengah malem. Padahal tentu aja cerita aku itu cuman hoax, alias boongan. Nama Nyai Walet itu aku ambil dari karakter sinetron horror Misteri Sebuah Guci yang sering aku tonton pada masa itu. Pemeran utama sinetron itu adalah Suzanna, yang berperan jadi Nyai Walet itu sendiri. Tapi dasar anak kecil yang polos, mereka percaya aja sama cerita aku itu, kecuali adik aku. Trus pada suatu hari, aku ngeliat Dewi dan Kiki buang air kecil dibawah pohon mangga itu. Aku kesel lah, halaman rumah aku dikotorin sama hajat mereka. Akhirnya aku bilang ke mereka kalo si Nyai Walet marah karena mereka buang air kecil disitu. Trus aku nyuruh mereka nyium batang pohon itu selama lima belas menit (kalo nggak salah), dan mereka nurut. Hahaha.. Parahnya mereka sampe muntah-muntah gitu gara-gara bau pohonnya yang nggak enak. Haha.. kejem juga aku.. :P

Meskipun tomboy, tapi waktu kecil aku suka main boneka. Aku punya cukup banyak boneka, dan yang paling aku sayang adalah boneka kelinci kecil aku. Namanya Chibbi. Ibu aku beliin aku boneka kelinci yang berwarna merah hati itu pada tanggal 1 Juli 2003. Itu berarti 10 tahun yang lalu. Jadi jangan kira aku ngasih nama dia Chibbi karena aku ngefans sama Cherrybelle, karena pada masa itu Cherrybelle tentu aja belum kebentuk kan.. (=__=)
Saking sayangnya aku sama Chibbi, aku menganggap dia bener-bener hidup. Bahkan dia sering aku ajak berkomunikasi, padahal yang menyuarakan suara dia adalah mulut aku sendiri. Aku dan Chibbi udah kayak Ria Enez dan Suzan. Atau mungkin lebih parah dari itu. Mungkin lebih tepatnya kayak Mr Bean dan Teddy Bear nya. Aku nggak cuma ngajak Chibbi ngobrol, tapi aku juga bawa dia kemana-mana. Kalo tidur, aku kasih dia bantal dan selimut. Bahkan kalo aku makan, dia aku suapin. Aku pernah dimarahin bapak aku karena sikap aku yang aneh itu. Anyway, Chibbi udah aku anggap sebagai teman plus hewan peliharaan aku. Beberapa lamanya aku memperlakukan dia demikian, sampe akhirnya aku sadar bahwa apa yang aku lakuin itu aneh. Sekarang aku udah nggak memperlakukan Chibbi kayak dulu lagi. Tapi aku masih sayang banget sama boneka aku yang satu itu.

Perlakuan aku ke boneka-boneka aku yang lain juga nggak kalah anehnya. Aku tulis nama-nama mereka plus biodata mereka di buku tulis, termasuk Chibbi tentunya. Kayak biodata pada umumnya, biodata boneka-boneka aku lengkap dengan tanggal lahir, hobi, makanan favorit, de el el. Gokilnya, aku ngerayain hari ultah mereka. Emang sih, hari ultah mereka nggak aku rayain satu persatu, tapi aku rayain bareng boneka-boneka aku yang lainnya. Aku ngerayain pesta ultah nggak penting itu dirumah ibunya bapak aku. Aku bawa semua boneka aku kesana. Chibbi, Snoopy, Doggy, Tweety, Kitty, Citra, Aldo, Shelly, Shella, Shilla, dan beberapa boneka lain yang aku lupa siapa namanya itu aku dudukkan di sofa ruang tamu nenek aku. Aku, adik aku, dan dua teman masa kecil aku juga duduk disana. Seperti pesta ultah pada umumnya, kami menyanyikan lagu Selamat Ulang Tahun bareng-bareng, dan main game. Hanya aja nggak ada kue ultah dan kado. Yang ada cuman kuaci. Oleh-oleh dari pesta ultah itu juga cuman kuaci dan jajanan lainnya yang waktu itu harganya cuman cepek. Yaaaahh.. namanya juga pesta buatan anak kecil. Hahaha..

Dan seperti anak-anak kecil pada umumnya. Dulu aku juga suka banget main petak umpet, ABC-an, rujak-rujakan, rumah-rumahan, de el el. Yang paling aku suka adalah main kue-kuean. Jadi dulu aku, Dewi, Kiki, dan adik aku suka bikin cake gitu dari tanah. Trus kami berlomba buat menghias cake yang kami buat. Bagian menghias cake nya itu tuh yang paling aku suka. Kami menghias cake-cake itu pake rumput, bunga, daun, buah bunga soka, atau biji saga. Kami juga suka main kemah-kemahan. Meskipun kami nggak punya tenda untuk main kemah-kemahan itu, tapi kami melakukannya di kolong meja makan, atau didalem dua buah payung. Kalo dulu, kolong meja makan dirumah aku muat buat tiduran dua orang, dan dua buah payung muat buat satu orang. Kalo sekarang mah beda lagi. Hahaha..

Kami juga pernah main kemah-kemahan di kebun aku. Dulu, ortu aku punya sebuah kebun disebelah rumah. Kebun itu ditanami berbagai jenis tanaman kayak pohon mangga, pohon srikaya, pohon singkong, de el el. Aku, adik, dan temen-temen masa kecil aku suka banget main kemah-kemahan disana walaupun banyak nyamuk. Dan tempat favorit aku adalah dibawah pohon mangga golek. Atau dideket pohon sawo. Pohon sawonya masih ada sampe sekarang. Tapi kalo sekarang sih, ogah banget deh kalo disuruh deketin pohon sawo itu. Penunggu-nya iseng. Haha..

Dulu, di belakang rumah ada empat buah ayunan yang dibuat sama bapak. Satu ayunan yang biasa kita temuin di taman bermain, hanya aja ayunan itu dibuat cuma dari tambang dan papan kayu; dua ayunan khusus untuk bergelantungan kayak tarzan, dibuat dari tambang dan kayu; dan ayunan lainnya yaitu ayunan jaring yang sebenernya berfungsi buat tidur-tiduran, tapi yang ini malah dipake buat duduk doang. Keempat ayunan itu diikatkan pada pohon mangga besar di belakang rumah. Disana juga ada beberapa buah ban mobil bekas. Beberapa diantaranya ditanam di tanah buat duduk-duduk, yang lainnya dibiarin berserakan. Dulu, halaman belakang adalah taman bermain bagi aku, adik, dan temen-temen masa kecil aku. Selain main ayunan, kemah-kemahan, dan kue-kuean di halaman itu, kami juga suka main ban yang di gelinding-gelindingin gitu. Ban itu kami isi pasir, lalu digelindingin.. nggak peduli kalo pasirnya beterbangan gitu.

Aku, adik aku, Kiki, dan Dewi juga hobi main basah-basahan. Dulu kami suka beli suntikan mainan yang bisa buat nyemprot-nyemprotin air. Trus kami main tembak-tembakan di kamer mandi. Selain itu, kami juga suka main dokter-dokteran. Seringnya aku yang jadi dokter, sementara yang lain jadi pasien. Infusnya kami pake botol minum bayi plus dot, sedotan panjang, selotip, dan tentu aja air. Ibu aku sering marah kalo kami main air kayak gini, coz rumah jadi basah :D

Dulu, kami suka merekam suara kami kedalam sebuah kaset lewat tape recorder. Kami nyanyi, ngobrol, teriak-teriak sesuka hati. Dan kami ketawa-ketawa seneng ngedenger suara kami pindah kedalem kaset. Kemaren-kemaren adik aku nge-play kaset itu lagi di kamernya dan aku ngedenger suara rekaman masa kecil kami secara nggak sengaja dari kamer aku, dan aku ketawa sendiri ngedengernya. Suara aku, Dewi, dan Kiki ternyata nggak banyak berubah. Cuma suara adik aku yang berubah drastis. Ya iyalah, itu karena dia cowok. Suaranya dulu cempreng banget, beda sama sekarang.

Yang paling absurd dan nggak jelas dari semuanya adalah : Setiap kali buang angin, kami harus mengucapkan mantra masing-masing. Kami menyebutnya mantra kentut. Mantra kentut aku waktu itu adalah "utipiolilouning", mantra kentut adik aku adalah "tongcokrimnes", mantra kentut Dewi adalah "tatamamakachi", sedangkan mantra kentut Kiki adalah "gaulbusuk". So, dengan adanya mantra kentut ini, nggak ada orang yang buang angin secara sembunyi-sembunyi.. Pasti ketauan. Peraturannya, kami dilarang menyebutkan mantra kentut orang lain, dan dilarang menyebutkan mantra itu kalo nggak lagi kentut. Gokilnya, kami semua mengikuti aturan ini. Jangan tanya siapa yang membuat peraturan semacam ini, aku mengaku aku lah orangnya.

***

Haaahh.. mengenang semua itu membuat aku semakin merindukan masa kecil. Well, perasaan seperti ini emang selalu ada kalo lagi nostalgia. Bukan cuma aku sendiri yang merasakannya, tapi juga adik aku, dan temen-temen masa kecil aku. Nggak jarang kami bernostalgia bareng. Semua dari kami mengaku bahwa pengen balik ke masa kecil lagi dan mengulang semuanya.

Sebenernya masih banyak hal-hal absurd yang aku, adik, dan temen-temen masa kecil aku lakuin dulu. Tapi kayaknya susah kalo aku jabarin semuanya. Lagian emangnya penting kalo aku jabarin? Biarlah sebagian besar memori itu ada di kepala kami masing-masing.

Andai aku bisa.. aku pengen tinggal di Neverland aja, nemenin Peter Pan. Disana aku bisa bebas main-main sepuasnya sama dia, sama Tinker Bell, sama pasukan The Lost Boys.. Haaahh.. pasti asik! Sayangnya ini dunia nyata ya? Hahaha..

Tapi kalo Peter Pan itu ada..
Peter, would you take me away to the Never Land?

0 komentar:

Posting Komentar

Total Tayangan Halaman

 
;