Masa kecil adalah masa yang paling
menyenangkan buat sebagian orang, termasuk aku. Well, mungkin kebanyakan
berpikir bahwa masa remaja lah yang paling menyenangkan. Tapi buat aku..
childhood is the best era!
Masa kecil adalah masa dimana kita
bersenang-senang sebebas-bebasnya tanpa beban. Masa dimana kita bermain
sepuas-puasnya. Masa dimana kita aktif berpetualang dalam imajinasi. Haaahh..
masa kecil.. :D
Nah, ngomongin masa kecil, di postingan aku
di hari ultah aku yang memasuki usia kepala dua ini, aku mau bernostalgia ke
masa kecil aku dulu.
***
Waktu kecil aku tomboy banget. Aku nggak
pernah mau pake baju cewek, apalagi yang berupa dress gitu. Aku cuman mau pake
celana dan kaos, bahkan celana dan kaos cowok. Padahal baju-baju cewek yang aku
punya bisa dibilang bagus-bagus. Dulu aku juga suka main layangan, walau nggak
bisa menerbangkannya. Aku juga suka manjat pohon mangga dan pohon srikaya
dibelakang rumah. Dan kadang kalo main rumah-rumahan, aku suka berperan sebagai
cowok. Hahaha.. Bahkan aku juga pernah main sama anak-anak cowok. Keluyuran, main
di kali..
Aku masih inget ketika suatu sore aku main di
kali sama salah satu keponakan aku dan temen-temennya. Keponakan aku itu
umurnya dua tahun lebih muda dari aku. Pas lagi asik main, bapak aku yang baru
pulang kerja ngeliat aku. Aku diteriakin, disuruh pulang. Pas nyampe rumah, aku
disemprot, dan of course.. aku kena tabok.. (=__=)
Dulu aku pernah bilang ke ibu, "Bu,
kenapa saya nggak lahir sebagai laki-laki aja?" dan ibu pun marah. Serem
banget. Sejak saat itu aku nggak pernah berani bilang gitu lagi.
Walau tomboy, tapi waktu kecil aku terobsesi
banget punya rambut panjang. Karena obsesi aku itu, aku sering pake celana
panjang aku dikepala, seolah-olah celana panjang yang aku pake dikepala itu
adalah rambut. Wakakakak.. konyol banget emang kalo diinget-inget. Kalo nggak
salah umur aku baru tiga tahun waktu itu.
Seperti yang pernah aku ceritakan di entri
sebelumnya yang aku posting tanggal 25 Februari lalu, dulu aku tuh jahil
banget. Aku suka bohongin anak-anak yang lebih muda dari aku. Teman masa kecil aku
adalah Dewi, Kiki, dan adik aku sendiri. Umur Dewi dua tahun lebih muda dari aku,
sementara umur Kiki tiga tahun lebih muda, sama kayak adik aku. Waktu itu (kalo
nggak salah) aku kelas tiga SD, sementara Dewi, Kiki, dan adik aku masih TK.
Waktu kecil, dua teman masa kecil aku itu punya kebiasaan jelek, yaitu kencing
di sembarang tempat. Oke, biar lebih manusiawi, aku sebut kencing itu buang air
kecil aja yak. Well, kalo kebelet buang air kecil, mereka buang air kecil
dimana aja. Di balik tembok, dibalik pohon, atau disemak-semak. Untungnya
mereka nggak buang air kecil dengan berdiri atau mengangkat satu kakinya
:P
Yah, namanya juga anak kecil, jadi maklumin
aja kalo mereka belum tau malu meskipun mereka itu cewek. Untung sekarang
kebiasaan itu udah ilang.
Waktu itu, didepan rumah aku masih ada sebuah
pohon mangga gede. Pohon itu aneh banget buat aku, coz batang pohonnya
ditumbuhin benjolan-benjolan gede mirip bisul. Aku pernah cerita ke mereka
berdua, termasuk ke adik aku sendiri kalo tuh pohon ada penunggunya, yaitu
siluman burung walet yang bernama Nyai Walet, dan sering gentayangan tiap
tengah malem. Padahal tentu aja cerita aku itu cuman hoax, alias boongan. Nama
Nyai Walet itu aku ambil dari karakter sinetron horror Misteri Sebuah Guci yang
sering aku tonton pada masa itu. Pemeran utama sinetron itu adalah Suzanna,
yang berperan jadi Nyai Walet itu sendiri. Tapi dasar anak kecil yang polos,
mereka percaya aja sama cerita aku itu, kecuali adik aku. Trus pada suatu hari,
aku ngeliat Dewi dan Kiki buang air kecil dibawah pohon mangga itu. Aku kesel
lah, halaman rumah aku dikotorin sama hajat mereka. Akhirnya aku bilang ke
mereka kalo si Nyai Walet marah karena mereka buang air kecil disitu. Trus aku
nyuruh mereka nyium batang pohon itu selama lima belas menit (kalo nggak
salah), dan mereka nurut. Hahaha.. Parahnya mereka sampe muntah-muntah gitu
gara-gara bau pohonnya yang nggak enak. Haha.. kejem juga aku.. :P
Meskipun tomboy, tapi waktu kecil aku suka
main boneka. Aku punya cukup banyak boneka, dan yang paling aku sayang adalah
boneka kelinci kecil aku. Namanya Chibbi. Ibu aku beliin aku boneka kelinci
yang berwarna merah hati itu pada tanggal 1 Juli 2003. Itu berarti 10 tahun
yang lalu. Jadi jangan kira aku ngasih nama dia Chibbi karena aku ngefans sama
Cherrybelle, karena pada masa itu Cherrybelle tentu aja belum kebentuk kan..
(=__=)
Saking sayangnya aku sama Chibbi, aku
menganggap dia bener-bener hidup. Bahkan dia sering aku ajak berkomunikasi,
padahal yang menyuarakan suara dia adalah mulut aku sendiri. Aku dan Chibbi
udah kayak Ria Enez dan Suzan. Atau mungkin lebih parah dari itu. Mungkin lebih
tepatnya kayak Mr Bean dan Teddy Bear nya. Aku nggak cuma ngajak Chibbi
ngobrol, tapi aku juga bawa dia kemana-mana. Kalo tidur, aku kasih dia bantal
dan selimut. Bahkan kalo aku makan, dia aku suapin. Aku pernah dimarahin bapak aku
karena sikap aku yang aneh itu. Anyway, Chibbi udah aku anggap sebagai teman
plus hewan peliharaan aku. Beberapa lamanya aku
memperlakukan dia demikian, sampe akhirnya aku sadar bahwa apa yang aku lakuin
itu aneh. Sekarang aku udah nggak memperlakukan Chibbi kayak dulu lagi. Tapi aku
masih sayang banget sama boneka aku yang satu itu.
Perlakuan aku ke boneka-boneka aku yang lain
juga nggak kalah anehnya. Aku tulis nama-nama mereka plus biodata mereka di
buku tulis, termasuk Chibbi tentunya. Kayak biodata pada umumnya, biodata
boneka-boneka aku lengkap dengan tanggal lahir, hobi, makanan favorit, de el
el. Gokilnya, aku ngerayain hari ultah mereka. Emang sih, hari ultah mereka
nggak aku rayain satu persatu, tapi aku rayain bareng boneka-boneka aku yang
lainnya. Aku ngerayain pesta ultah nggak penting itu dirumah ibunya bapak aku. Aku
bawa semua boneka aku kesana. Chibbi, Snoopy, Doggy, Tweety, Kitty, Citra,
Aldo, Shelly, Shella, Shilla, dan beberapa boneka lain yang aku lupa siapa
namanya itu aku dudukkan di sofa ruang tamu nenek aku. Aku, adik aku, dan dua
teman masa kecil aku juga duduk disana. Seperti pesta ultah pada umumnya, kami
menyanyikan lagu Selamat Ulang
Tahun bareng-bareng, dan main game. Hanya aja nggak ada kue ultah dan
kado. Yang ada cuman kuaci. Oleh-oleh dari pesta ultah itu juga cuman kuaci dan
jajanan lainnya yang waktu itu harganya cuman cepek. Yaaaahh.. namanya juga
pesta buatan anak kecil. Hahaha..
Dan seperti anak-anak kecil pada umumnya. Dulu aku juga suka
banget main petak umpet, ABC-an, rujak-rujakan, rumah-rumahan, de el el. Yang
paling aku suka adalah main kue-kuean. Jadi dulu aku, Dewi, Kiki, dan adik aku
suka bikin cake gitu dari tanah. Trus kami berlomba buat menghias cake yang
kami buat. Bagian menghias cake nya itu tuh yang paling aku suka. Kami menghias
cake-cake itu pake rumput, bunga, daun, buah bunga soka, atau biji saga. Kami
juga suka main kemah-kemahan. Meskipun kami nggak punya tenda untuk main
kemah-kemahan itu, tapi kami melakukannya di kolong meja makan, atau didalem
dua buah payung. Kalo dulu, kolong meja makan dirumah aku muat buat tiduran dua
orang, dan dua buah payung muat buat satu orang. Kalo sekarang mah beda lagi.
Hahaha..
Kami juga pernah main kemah-kemahan di kebun aku. Dulu, ortu aku
punya sebuah kebun disebelah rumah. Kebun itu ditanami berbagai jenis tanaman kayak
pohon mangga, pohon srikaya, pohon singkong, de el el. Aku, adik, dan
temen-temen masa kecil aku suka banget main kemah-kemahan disana walaupun
banyak nyamuk. Dan tempat favorit aku adalah dibawah pohon mangga golek. Atau
dideket pohon sawo. Pohon sawonya masih ada sampe sekarang. Tapi kalo sekarang
sih, ogah banget deh kalo disuruh deketin pohon sawo itu. Penunggu-nya iseng. Haha..
Dulu, di belakang rumah ada empat buah ayunan yang dibuat sama
bapak. Satu ayunan yang biasa kita temuin di taman bermain, hanya aja ayunan
itu dibuat cuma dari tambang dan papan kayu; dua ayunan khusus untuk
bergelantungan kayak tarzan, dibuat dari tambang dan kayu; dan ayunan lainnya
yaitu ayunan jaring yang sebenernya berfungsi buat tidur-tiduran, tapi yang ini
malah dipake buat duduk doang. Keempat ayunan itu diikatkan pada pohon mangga
besar di belakang rumah. Disana juga ada beberapa buah ban mobil bekas.
Beberapa diantaranya ditanam di tanah buat duduk-duduk, yang lainnya dibiarin
berserakan. Dulu, halaman belakang adalah taman bermain bagi aku, adik, dan
temen-temen masa kecil aku. Selain main ayunan, kemah-kemahan, dan kue-kuean di
halaman itu, kami juga suka main ban yang di gelinding-gelindingin gitu. Ban
itu kami isi pasir, lalu digelindingin.. nggak peduli kalo pasirnya beterbangan
gitu.
Aku, adik aku, Kiki, dan Dewi juga hobi main basah-basahan. Dulu
kami suka beli suntikan mainan yang bisa buat nyemprot-nyemprotin air. Trus
kami main tembak-tembakan di kamer mandi. Selain itu, kami juga suka main
dokter-dokteran. Seringnya aku yang jadi dokter, sementara yang lain jadi
pasien. Infusnya kami pake botol minum bayi plus dot, sedotan panjang, selotip,
dan tentu aja air. Ibu aku sering marah kalo kami main air kayak gini, coz
rumah jadi basah :D
Dulu, kami suka merekam suara kami kedalam sebuah kaset lewat tape recorder. Kami nyanyi,
ngobrol, teriak-teriak sesuka hati. Dan kami ketawa-ketawa seneng ngedenger
suara kami pindah kedalem kaset. Kemaren-kemaren adik aku nge-play kaset
itu lagi di kamernya dan aku ngedenger suara rekaman masa kecil kami secara
nggak sengaja dari kamer aku, dan aku ketawa sendiri ngedengernya. Suara aku,
Dewi, dan Kiki ternyata nggak banyak berubah. Cuma suara adik aku yang berubah
drastis. Ya iyalah, itu karena dia cowok. Suaranya dulu cempreng banget, beda
sama sekarang.
Yang paling absurd dan nggak jelas dari semuanya adalah : Setiap
kali buang angin, kami harus mengucapkan mantra masing-masing. Kami menyebutnya mantra kentut. Mantra kentut aku
waktu itu adalah "utipiolilouning", mantra kentut adik aku adalah
"tongcokrimnes", mantra kentut Dewi adalah "tatamamakachi",
sedangkan mantra kentut Kiki adalah "gaulbusuk". So, dengan adanya
mantra kentut ini, nggak ada orang yang buang angin secara sembunyi-sembunyi..
Pasti ketauan. Peraturannya, kami dilarang menyebutkan mantra kentut orang
lain, dan dilarang menyebutkan mantra itu kalo nggak lagi kentut. Gokilnya,
kami semua mengikuti aturan ini. Jangan tanya siapa yang membuat peraturan
semacam ini, aku mengaku aku lah orangnya.
***
Haaahh.. mengenang semua itu membuat aku
semakin merindukan masa kecil. Well, perasaan seperti ini emang selalu ada kalo
lagi nostalgia. Bukan cuma aku sendiri yang merasakannya, tapi juga adik aku,
dan temen-temen masa kecil aku. Nggak jarang kami bernostalgia bareng. Semua
dari kami mengaku bahwa pengen balik ke masa kecil lagi dan mengulang semuanya.
Sebenernya masih banyak hal-hal absurd yang aku,
adik, dan temen-temen masa kecil aku lakuin dulu. Tapi kayaknya susah kalo aku
jabarin semuanya. Lagian emangnya penting kalo aku jabarin? Biarlah sebagian
besar memori itu ada di kepala kami masing-masing.
Andai aku bisa.. aku pengen tinggal di
Neverland aja, nemenin Peter Pan. Disana aku bisa bebas main-main sepuasnya
sama dia, sama Tinker Bell, sama pasukan The Lost Boys.. Haaahh.. pasti asik!
Sayangnya ini dunia nyata ya? Hahaha..
Tapi kalo Peter Pan itu ada..
Peter, would you take me away to the Never
Land?
0 komentar:
Posting Komentar