Entah kemaren atau beberapa hari yang lalu, aku
baca sebuah postingan yang lewat di beranda Facebook aku. Postingan yang
diposting salah satu fanpage yang aku like itu
menyebutkan bahwa berselancar di sosial media bisa menyebabkan depresi, karena
setiap kita mengakses sosmed, maka kita akan selalu dibombardir postingan
tentang kehidupan temen-temen kita yang menarik dan menyenangkan, kemudian
bukan nggak mungkin kita membandingkannya dengan hidup kita yang membosankan,
dan hal ini akhirnya mempengaruhi kesehatan mental.
Well, kalo dipikir-pikir emang iya juga sih. Jujur, aku sendiri
juga sering ngerasa demikian. Sering aku iri kalo ngeliat ada temen Facebook
yang memposting status atau gambar yang menunjukkan sesuatu yang jarang atau
bahkan nggak pernah aku rasain. Foto bareng sahabat sambil berangkulan
misalnya, atau sesuatu yang mereka banggakan.. apapun itu. Tapi ada juga
beberapa orang yang aku kenal, yang kalo aku liat langsung, hidupnya tuh
sempurna banget.. tapi kalo update status isinya galau melulu, bahkan ada yang
kepengen mati.
Ada salah satu temen aku yang aku liat hidupnya tuh seolah tanpa
beban. Dia terlahir dari keluarga yang berkecukupan. Anaknya pinter, supel,
temennya banyak, dan disayang dosen. Siapa dosen yang nggak kenal mahasiswa
kayak dia? Tapi kalo liat postingan statusnya.. hadeeehh.. kayak orang desperate gitu. Yah, aku
tau lah ya kalo semua orang tuh pasti punya masalah dan aku nggak tau masalah
dia apa. Tapi toh setidaknya dia punya banyak temen disekitar dia yang bisa
ngehibur dia dan bikin dia lupa sejenak sama masalah-masalahnya, atau bahkan
ada yang bisa jadi tempat bersandar dan pemberi solusi yang baik. Salah satu
temen cewek aku pun ada yang demikian. Orangnya manis, supel, dan udah pasti
orangnya supel itu punya banyak temen dan sahabat yang peduli, cowoknya pun
sayang banget sama dia.. tapi dia sering banget ngeluh. Penampilannya
beginilah, orang-orang disekitarnya begitulah..
Huaaahh.. you know what, buddy? I would be very grateful if I were
you!
Punya banyak temen dan dikelilingin sama orang yang sayang sama
kita itu mimpi besar banget lho buat aku. Mereka nggak tau aja gimana rasanya
jadi orang introvert yang invisible di
mata sebagian besar orang, punya temen yang bisa diitung dengan jari, dan cuma
bisa menuangkan perasaan lewat tulisan tanpa bisa ngomong. Kalo aku jadi mereka
yang punya banyak temen, sahabat, dan orang-orang yang sayang sama aku, aku
bakal sangat-sangat bersyukur sama Tuhan. Karena apa? Karena itu artinya aku
punya arti buat mereka. Dan aku pasti bakal sangat bahagia. But unfortunately
that happiness is not mine. Well, atau mungkin belum. Aku nggak tau sampe kapan
aku harus nunggu itu. Maybe someday, setelah aku berani membuka diri aku kayak
orang lain. But, Pal, it's not as easy as turning the palm of the hand. Orang
kayak aku harus berjuang keras melawan dan memaksa diri sendiri kalo mau kayak
mereka. I dunno how much I have to fight and force myself to reach that. Coz
I've tried my best, and it doesn't work.. or maybe not yet. So, I think
actually mereka beruntung karena mereka nggak perlu berjuang keras hanya untuk
membuka diri dan punya banyak temen. Jadi konyol rasanya kalo sampe ada yang
kepikiran buat mati atau menyesatkan diri ke hal-hal negatif.
Hmm.. jujur, rasanya kesepian sih kayak gini terus. Tapi nggak
pernah tuh aku berani menyatakan kalo aku kepengen mati karena ngerasa nobody needs me, baik itu
secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan. Setiap kali pikiran yang
menyesatkan muncul, aku selalu memikirkan orang-orang diluar sana yang mungkin
jauh lebih kurang dari aku. Aku masih beruntung karena aku masih punya
keluarga. Temen pun ada, walau nggak banyak. Tapi diluar sana banyak orang yang
hidup sebatang kara toh? Lagipula aku masih inget Tuhan. Aku nggak akan
sekhilaf itu.
Oh ya, ada satu orang yang selama beberapa minggu belakangan ini
pengeeeen banget aku jadiin best-friend. Entah kenapa, aku ngerasa aku dan dia
kayak satu jiwa. Kami punya cukup banyak kesamaan. Kami sama-sama berzodiak
Cancer, sama-sama penyuka buku, sama-sama lebih suka jajan dan belanja buku
ketimbang shopping, sama-sama pendiem, dan sama-sama melankolis. Dan nggak tau
kenapa belakangan ini aku ngerasa kayak bisa baca pikiran dan perasaan dia
gitu. Waktu dia lagi in love sama
seseorang aja aku bisa ngerasain perasaan bahagianya. Waktu dia kangen sama
orang itu, aku pun ngerasain. Aneh kan? Selain itu masih banyak hal lainnya
yang aku nggak ngerti apakah hal itu terjadi karena kebetulan atau memang aku
dan dia punya pikiran dan perasaan yang bisa ditransfer satu sama lain. Aku
nggak tau sih dia ngerasain itu atau nggak. Sayangnya kami tinggal di kota yang
berbeda. Anyway, aku udah lumayan lama nggak berkomunikasi sama dia. Rasanya
pengen banget curhat sama dia. Pengen curhat banyaaaaak banget.. Tapi yaaahh..
begitulah. Aku punya suatu alesan kenapa aku nggak bisa berkomunikasi sama dia
lagi.. :/
Haaahh.. sering aku mikir, kenapa sih orang yang dirasa klop sama
kita itu selalu aja tinggal di tempat yang jauh? Kenapa nggak di tempat yang
deket-deket aja? Kalo deket kan berkomunikasinya lebih enak. Well, hanya Tuhan
yang tau itu.
Balik lagi ke masalah sosmed yang bisa bikin penggunanya depresi, aku
jadi kepikiran buat nutup akun Facebook aku. Tapi aku masih ragu-ragu sih. Coz
ada beberapa temen baik yang aku kenal dari situ, dan aku berat buat mutusin
kontak begitu aja. Ya emang sih komunikasi aku sama mereka nggak seakrab dan
sedeket dulu lagi. But at least, aku tau kabar mereka dari apa yang mereka
posting di Facebook, dan aku masih tetep bisa ngedoain mereka dari jauh.
0 komentar:
Posting Komentar