Minggu, 24 Juni 2018

A Day With Safira, Dzikri & Yuda

First of all aku mau mengucapkan happy wedding day buat teman SMA-ku Hary Sugiarto. Semoga jadi keluarga kecil yang rukun dan bahagia selalu. Aamiin yaa robbal alamiin.

Jadi ceritanya, hari ini aku dan Safira kondangan ke nikahan teman kami yang satu ini, dan perjalanannya tuh lumayan panjang. Well, awalnya sih hari ini kami berdua berencana meet up lagi sama Shinta. Tapi kemarin, Fira nge-WhatsApp aku kalo Hary mau nikah dan mengundang kami ke acara pernikahannya. Awalnya aku berniat datang dengan menumpang GrabBike dan ketemuan sama Fira disana (coz aku yakin kalo Fira bakal pergi dengan suaminya). Eh nggak taunya dia ngajak boncengan naik motornya, which means dia nggak bareng suaminya dan dia sendiri yang nyetir. Jadi ya udah deh, rencananya siang itu kami kondangan, sorenya baru lanjut meet up bareng Shinta.

Singkat cerita, aku dan Fira ketemuan di depan SMAN 3, Perumnas. Cukup lama juga aku menunggu dia disana, coz pas aku sampai di lokasi, dia baru berangkat. Ya aku maklum aja sih, soalnya dia bawa Dzikri, anaknya yang masih berumur empat tahun. Kasian kalo mereka yang nunggu. Dua puluh menit kemudian, Fira dan Dzikri muncul. Fira langsung mengomentari penampilanku yang katanya cewek banget (emangnya kemarin-kemarin aku keliatan macho apa ya?).

Setelah bersalaman dan berbasa-basi sebentar, kami pun berangkat. Aku yang duduk di jok belakang bertugas mengawasi Google Maps dan berkomunikasi sama Hary tentang lokasi hajatnya. Perjalanan berlangsung selama setengah jam, sebuah perjalanan terjauh yang pernah Fira lakukan dengan menyetir motor sendiri. Itupun alamatnya nggak langsung ketemu. Kami sempat nyasar ke suatu daerah, karena Hary salah memberi petunjuk. Harusnya belok kiri, malah belok kanan. Hahh.. Fira must be so tired. Kalo aku berani nyetir mah gantian deh. Tapi karena nggak bisa gantian nyetir, sebagai gantinya aku yang beli bensin dan jajanin Dzikri. Wkwkwk.. Di sisi lain aku bersyukur karena nggak jadi menumpang GrabBike. Karena kalo aku kondangan ke pernikahan Hary dengan menumpang GrabBike, bisa-bisa aku nyasar, dan nyasarnya bisa jadi lebih parah dari yang tadi.

Acara pernikahan berlangsung di sebuah rumah kecil di kawasan Cempaka, Plumbon, tepatnya di kediaman mempelai wanita. Hary sedang duduk sendirian di pelaminan ketika kami tiba.
"Mana pendampingnya, Har?" tanya Fira.
"Ini, di sebelah," katanya sambil tersenyum lebar dan menunjuk anak perempuan kecil di sudut pelaminan. Becanda. "Dia lagi ke dalam sebentar", katanya lagi. Kami manggut-manggut dan memberinya selamat, lalu menuju meja prasmanan untuk menikmati makan siang. Kami ngobrol-ngobrol sambil menikmati makanan selama beberapa lama, sekalian istirahat sejenak. Sebelum pulang, kami sempat berfoto bersama pengantin.

Waktu menunjukkan sekitar jam setengah tiga saat itu. Karena udah sore, acara meet up bareng Shinta jadi batal, karena Shinta nggak mau nantinya pulang malam (karena jalanan masih dalam kondisi arus balik, sehingga jalan dekat menuju rumah Shinta ditutup dan harus memutar). Sebagai gantinya, Fira mengajakku main ke kontrakannya di kawasan Gombol Gede. Namun sebelum itu, kami mampir ke minimarket dan beli bakso dulu di warung bakso yang nggak begitu jauh dari tempat tinggalnya.

Fira dan keluarga kecilnya tinggal di sebuah rumah kontrakan yang mereka sewa sebesar lima ratus ribu perbulan. Menurutku cukup murah untuk rumah dengan ruang tamu, dua buah kamar, satu kamar mandi, dan satu dapur. Dengan kata lain, bisa dibilang besar. Mungkin karena di kabupaten kali ya. Kalo di kota, susah nyari kontrakan dengan ruangan selengkap itu dengan harga segitu. Hari itu Doni, suami Fira sedang nggak ada di tempat. Sedang sibuk sebar undangan untuk Pilkada, katanya. Disana, sambil mengobrol, kami bertiga menikmati bakso bersama sambil minum es campur yang Safira pesan di tetangganya. We talked a lot. Safira bercerita tentang suka dukanya menjadi istri sekaligus ibu rumah tangga yang ternyata nggak bisa dibilang mudah. Her husband loves her and their little son so much, tapi ada aja orang yang nggak suka dan bikin beban pikiran. Well, that's life.

Aku juga suka menggoda Dzikri. Dia yang awal bertemu sangat pendiam, lama kelamaan nggak malu lagi buat tersenyum, bersuara, bahkan menggandeng tanganku. Asli, aku seneng deh kalo ada anak kecil yang deket sama aku kayak gitu. Rasanya langka aja. Wkwkwk.. Soalnya biasanya mereka takut. Tapi belakangan ini tampaknya aku nggak menakutkan lagi bagi mereka, entah kenapa. Haha.. ^^

Sekitar jam setengah lima sore, Yuda menghubungiku, bilang kalo dia mau main ke rumah. Karena saat itu aku masih di rumah Fira, aku bilang ke dia, "Ntar tak kabarin kalo udah balik".
Jam setengah tujuh, aku baru pulang. Aku diantar Fira, sekalian dia mau minta tolong transfer uang di ATM dan mau tau rumahku juga. Di perjalanan pulang, Yuda kirim WhatsApp, ngasih kabar kalo dia udah tiba di daerah rumahku. Aku menepuk jidat. Aku dan Safira baru tiba di kawasan Cipto waktu itu, which means masih jauh, ditambah lagi aku mau nemenin Fira dulu ke ATM. Nggak enak juga kan kalo aku minta Fira buat cepat-cepat. Jadi ya udah deh, biarin aja. Toh, salah Yuda sendiri kenapa nggak tunggu kabar dari aku, kan sebelumnya aku udah bilang ke dia kalo aku bakal nge-WhatsApp dia kalo aku udah di rumah. Wkwkwk..

Beres dari ATM (itupun transfer uangnya nggak jadi karena ada kendala di rekening Fira), kami melanjutkan perjalanan ke rumahku. Ketika masuk gang, kami terheran-heran melihat Yuda yang ternyataaaa dari tadi menunggu di mulut gang.
"Hey, kamu malah nunggu disini, bukannya langsung ke rumah", kataku. Dan dia cuma membalas dengan senyuman menyebalkan. Kami pun bersama-sama menuju rumahku. Sesampainya di rumah, setelah bersalaman, aku kembali bertanya kenapa Yuda lebih memilih menunggu di mulut gang ketimbang langsung ke rumah. Mana di situ kan gelap.
"Mending gitu, daripada langsung ke rumah kamu tapi bengong doang, nggak ngapa-ngapain", jawabnya.
Lah emang tadi di mulut gang dia nggak bengong? Malah serem, gelap-gelapan. Kalo orang yang nggak kenal dia liat dia disitu mungkin dikiranya dia lagi ngawasin rumah orang, mau maling. Haha..

Setelah mengantarku, Fira nggak langsung pulang. Kami ngobrol-ngobrol dulu bertiga di teras depan. Kenapa Fira kenal Yuda? Karena waktu SMP dulu kami bersekolah di sekolah yang sama, dan pernah satu kelas di kelas dua SMP. Jadi ya gitu deh, kami jadi kayak reuni kecil jadinya. Namun karena udah cukup malam, Fira pamit. Kasihan juga Dzikri udah agak mengantuk.
"Kapan-kapan Fira main kesini lagi ya. Rumah kamu enak deh," kata Fira sebelum pulang. Aku mengangguk. Why not? Meet up bareng Shinta disini pun boleh banget.

Tinggallah Yuda. Well, sebenarnya di awal puasa kemarin, kami sempat berencana buat meet up di minggu ketiga Ramadhan, sekalian buka puasa bareng. Tapi rupanya nggak sempat karena justru di minggu itu aku lagi padat-padatnya kegiatan, jadi kami baru bisa meet up hari ini. Kami mengobrol ringan tentang teman-teman SMP kami, tentang pekerjaannya, tentang kesibukan kami masing-masing.. Intinya hari ini minus obrolan tentang hal-hal di luar nalar yang biasa kami obrolin deh. Dia juga main di rumahku nggak lama sih. Sekitar jam sembilan malam dia pamit pulang. Kami sempat merencanakan reuni bareng teman-teman SMP yang lain. Tapi untuk yang satu itu, kami lihat sikon dulu, mengingat ngumpulin orang itu nggak gampang. Buat merencanakan acara buka puasa bareng teman-teman satu geng aja kadang susah, apalagi ngumpulin yang jauh lebih banyak.

Yah, that's all, Folks. See you next time :)

0 komentar:

Posting Komentar

Total Tayangan Halaman

 
;