When I was younger I saw my daddy cry
And curse at the wind.
He broke his own heart and I watched
As he tried to reassemble it.
And my momma swore
That she would never let herself forget
And that was the day that I promised
I'd never sing of love if it does not exist.
But darling,
You are the only exception
You are the only exception
You are the only exception
You are the only exception
Maybe I know somewhere deep in my soul
That love never lasts
And we've got to find other ways to make it alone
Or keep a straight face
And I've always lived like this
Keeping a comfortable distance
And up until now I have sworn to myself
That I'm content with loneliness
Because none of it was ever worth the risk
Well, you are the only exception
You are the only exception
You are the only exception
You are the only exception
I've got a tight grip on reality,
But I can't let go of what's in front of me here
I know you're leaving in the morning when you wake up
Leave me with some kind of proof it's not a dream
You are the only exception
You are the only exception
You are the only exception
You are the only exception
And I'm on my way to believing.
Oh, and I'm on my way to believing
***
Well, mungkin ini bisa dibilang cukup keterlaluan karena
lewat tengah malam begini bukannya istirahat, aku malah bergentayangan di blog.
Ya ini gara-gara aku denger lagu yang diatas itu tuh. Aku iseng dengerin lagu
itu satu kali, eh setelah denger satu kali aku malah ketagihan buat memutarnya
berulang-ulang. Dan gara-gara itu aku jadi teringat sesuatu hingga akhirnya aku
terdorong untuk menulis entri yang satu ini. Ya, mungkin ini akan sedikit
melankolis. Haha..
Sejak pertama kali aku denger lagu yang satu itu, aku
langsung jatuh cinta sama lagu itu. The Only Exception, dari Paramore. Dan
sampe sekarang aku nggak pernah bosen dengernya meskipun lagu itu aku puter
berulang-ulang, puluhan kali. Well, dari semua lagu Paramore yang aku suka,
lagu The Only Exception inilah yang menurut aku paling ngena.
Emang sih, lagu Paramore yang satu ini nggak bikin mata aku
berkaca-kaca atau nangis setiap kali aku dengerin atau nyanyiin. Paling cuma
merinding doang. Beda sama lagu My Heart yang beberapa kali bikin aku mewek
baik itu pas dengerin ataupun nyanyiin. Tapi lagu The Only Exception tuh punya
makna yang cukup dalem menurutku.
Lagu ini menceritakan seorang cewek yang mengalami broken
home. Ibu dan bapaknya bercerai. Dan sejak saat itu dia hampir nggak percaya
sama yang namanya cinta. Apalagi dia sering dipermainkan sama cowok-cowok gitu
deh. Hal itu membuat si cewek berkesimpulan bahwa cinta itu nggak pernah
berlangsung lama, dan ia memutuskan untuk hidup sendiri tanpa pasangan seumur
hidupnya, hingga akhirnya seorang cowok datang padanya dan memberikan cinta
yang tulus. Ya cowok itulah yang disebut sebagai the only exception alias satu-satunya
pengecualian, karena cowok itu nggak kayak cowok-cowok lain yang cuma
mempermainkan si cewek. Semua cowok mempermainkannya, kecuali cowok itu.
Ya itu cuma analisa aku aja sih. Aku nggak tau makna lagu
itu benar demikian atau enggak. Tapi aku yakin sih kalo kurang lebih apa yang aku
simpulkan mengenai makna lagu itu tuh bener demikian. Ah, so sweet lah..
Ngomong-ngomong tentang The Only Exception, aku jadi mikir, who
is my only exception?
Seperti yang pernah aku katakan di salah satu postinganku,
selama aku hidup didunia ini, hanya sedikit orang yang masuk ke kehidupanku,
apalagi yang namanya cowok. Believe it or not, aku belum pernah pacaran. Kalo
pun pernah, itu pun cuma didunia maya, dan tanpa diketahui sama ortu-ku.
Bagiku, pacar itu nggak lebih dari penyemangat dan
motivator. Jujur aja, aku nggak begitu suka digombalin. Aku lebih suka dikasih
kata-kata motivasi. Tapi nggak harus gitu juga sih. Tahun lalu, aku pernah
menjalin hubungan sama seorang cowok yang diperkenalkan sama salah satu temen
Facebook aku. Yah, sebut aja namanya Danger, coz itu emang julukan yang aku
kasih buat dia. Dia emang lebih sering ngegombal ketimbang ngasih aku kata-kata
motivasi, coz aku juga hampir nggak pernah curhat sama dia sih. Tapi ajaibnya,
kehadiran dia di hidupku cukup berpengaruh buatku. Selama berhubungan
sama dia, aku jadi lebih percaya diri. Bahkan aku yang biasanya berpenampilan
tomboy jadi lebih tampil feminim. Dulu aku nggak suka pake lipgloss dan baju
yang modelnya aneh-aneh. Dan semenjak sama dia, aku jadi suka pake lipgloss klo
pergi, dan aku juga mulai suka pake baju yang modelnya cewek banget, walaupun aku
belum suka pake rok. Haha..
Sayangnya dia udah ninggalin aku duluan tanpa ucapan selamat
tinggal sebelum aku sempet bilang ke dia bahwa kehadiran dia membawa pengaruh
baik buatku.
Di tahun yang sama, aku juga pernah menjalin hubungan sama
seorang cowok yang sebut aja namanya Hujan. Aku emang nggak pernah memanggil
dia dengan sebutan Hujan, tapi bagiku, dia itu kayak hujan. Kehadiran dia di
hidupku pernah sangat berkesan. Aku dan dia punya cukup banyak kesamaan. Kami
sama-sama suka kucing, sama-sama cinta alam, sama-sama suka menggambar, sama-sama
suka melamun dan mengkhayal, dan anehnya, kami juga sama-sama suka hujan.
Namun yang bikin kami deket adalah kesamaan masalah kami. Tapi meskipun kami
punya masalah yang sama, dialah yang paling banyak memotivasiku. Aku selalu
mengibaratkan kami itu kayak pohon dan hujan. Aku tuh ibarat pohon yang layu,
yang down karena masalah. Sementara dia ibarat hujan yang datang dan menyirami
si pohon, sehingga pohon itu kembali segar. Aku emang nggak pernah ngomong
tentang pohon dan hujan ini ke dia, tapi dia sering manggil aku dengan sebutan
"puTREE" (tree = pohon). Dan karena kebetulan-kebetulan itu, aku
pernah berpikir bahwa dia adalah orang yang ditakdirkan Tuhan buat aku, my
only exception. Tapi ternyata aku salah.
Dia ngilang lagi dari hidupku. Udah lama banget kami nggak
berkomunikasi. Tapi meskipun perasaan aku sama dia udah nggak kayak dulu lagi, aku
masih suka inget dia kalo denger lagu Efek Rumah Kaca yang judulnya Desember,
coz dia pernah secara nggak langsung memperkenalkan lagu itu ke aku. Sebenernya
sih aku nggak begitu suka sama lagunya. Aku cuma suka sama liriknya yang
menggambarkan apa yang aku rasain dan aku harapkan, selalu ada yang
bernyanyi dan berelegi dibalik awan hitam. semoga ada yang menerangi sisi gelap
ini, menanti seperti pelangi setia menunggu hujan reda. Dan ya, aku
masih suka hujan sampe sekarang. Bukan karena hujan mengingatkan aku kepada
dia, tapi karena aku memang suka hujan. Suka banget..
Dan sekarang aku masih menunggu, siapa my only
exception itu. Aku sering berharap bahwa my only exception itu
adalah orang yang selama empat tahun ini stuck di hati dan
pikiranku. Tapi aku pikir itu nggak mungkin. Dia terlalu perfect. Jadi aku
pikir, hanya wanita perfect lah yang pantes dapetin dia, bukan aku yang sangat
jauh dari kata perfect. So, aku nggak terlalu mengharapkan dia lagi sekarang. Aku
udah ikhlas.
Well, kalo cinta itu bener-bener ada, aku yakin Tuhan udah
menyiapkan seseorang buatku. Tapi kalo nggak ada, I promise I'll
never sing of love if it does not exist..
2 komentar:
Alhamdulillah, saya liat IG mba, dan mba sudah menemukan the Only Exceptionnya :). Terima kasih untuk tulisannya. Saya juga sedang berjuang menjadi the only exceptionnya
Hai. Terima kasih ya. Selamat berjuang. Semoga kelak dia ngeliat perjuanganmu dan kalian sama-sama bahagia :)
Posting Komentar