Rabu, 19 Maret 2025

NOWHERE, Perjuangan Hidup di Tengah Laut Lepas

Kalo kemarin aku nulis tentang pengorbanan seorang ibu di sinopsis film CASSANDRA, kali ini aku mau nulis sinopsis film yang menceritakan tentang perjuangan bertahan hidup seorang ibu yang terombang-ambing bersama bayinya di lautan biru sejauh mata memandang, judulnya NOWHERE.


Kisah berawal dari sepasang suami istri bernama Mia dan Nico yang memutuskan untuk kabur ke negara lain, karena negara mereka saat itu, Spanyol, sedang dalam keadaan chaos. Anak-anak dan perempuan menjadi sasaran penculikan, bahkan pembunuhan. Bersama puluhan warga lainnya, mereka menyelinap ke dalam kontainer yang diangkut melalui jalur laut. Tapi sebuah insiden terjadi, membuat Mia yang sedang hamil besar, terpisah dari suaminya. Hal itu memaksa mereka naik ke kontainer yang berbeda. 


Keadaan semakin mencekam ketika aparat kejam menembaki seluruh penumpang di kontainer Mia pada pos pemeriksaan. Hanya Mia yang selamat, karena berhasil bersembunyi. Setelah keadaan dirasa aman, Mia mencoba menghubungi Nico melalui ponselnya untuk memperingatkannya tentang bahaya itu, tapi usaha tersebut gagal karena Nico nggak bisa dihubungi.

Mia menjadi satu-satunya orang di dalam kontainer itu yang berhasil hingga perjalanan laut. Namun perjalanan yang menjadi satu-satunya harapan itu menjadi mimpi buruk, saat badai dahsyat mengantam kapal, melemparkan kontainer-kontainer yang dimuatnya ke tengah samudera, termasuk kontainer Mia. Terombang-ambing di lautan, Mia berjuang bertahan hidup dengan persediaan makanan yang terbatas dan kondisi kontainer yang bolong di beberapa bagian. Air laut merembes masuk lewat lubang-lubang itu, membuat Mia harus mengurasnya dengan bantuan pipa yang dia temukan di sekitar kontainer, juga menambal lubang-lubang dengan peralatan seadanya.


Di tengah keputusasaan Mia, tendangan bayi di perut dan panggilan singkat dari Nico membakar kembali semangatnya. Lewat panggilan singkat itu, Nico berjanji akan menyelamatkannya.

Mia akhirnya melahirkan bayinya sendirian di dalam kontainer. Hal itu membuatnya harus bisa memastikan dirinya dan sang buah hati tetap hidup. Bahan makanan dan air minum yang dimilikinya semakin habis, apalagi Mia harus menyusui bayinya. Ketika persediaan makanannya benar-benar habis, Mia sampai harus makan ari-ari bayinya sendiri demi bertahan hidup. Ia juga mencoba membuka bagian atas kontainer dengan bantuan pisau lipat dan bor yang dia temukan dari tas yang ditinggalkan salah satu warga yang tewas ditembak aparat. Ia memanfaatkan barang-barang angkutan di kontainer kayak kotak-kotak Tupperware untuk menampung air hujan, wine untuk bahan bakar membuat api, dan kabel earphones untuk membuat jala. Jala itu ia gunakan untuk menangkap ikan, dan ikan-ikan yang ia tangkap, ia masukkan ke dalam kotak-kotak Tupperware yang lain untuk persediaan makanan. Semua itu Mia lakukan tanpa tau kapan kontainernya bisa menepi ke daratan, atau bantuan dari Nico atau orang lain datang.





Lebih dari 20 hari kemudian, Nico baru menghubunginya kembali. Tapi bukan berita gembira yang Mia dengar. Nico mengabarinya bahwa ia telah tertembak oleh aparat saat mencoba melarikan diri dan kehilangan banyak darah. Ia nggak yakin bahwa dirinya bakal tetap hidup. Lewat telepon itu, Nico memohon agar Mia berjanji untuk berusaha melanjutkan hidupnya, meskipun ia akan benar-benar melakukannya sendirian. Dalam kesempatan terakhir mereka berbicara itu, Mia menyampaikan berita bahagia bahwa ia telah melahirkan bayi mereka. Ia menamai putrinya itu Noa, seperti permintaan suaminya. Nama Noa diberikan dengan harapan suatu hari nanti bayi itu akan menjadi seorang pejuang, seperti halnya Nabi Nuh, yang selamat dari badai dengan bahteranya. Sumpah, di situ sedih banget. Hati ikut hancur rasanya. If I were her, kayaknya aku udah buntu banget dan nggak bisa mikir apapun lagi deh. Huhu.

Dan ya, Mia kembali melanjutkan perjuangannya. Ia melihat secercah harapan saat burung camar mampir ke kontainernya untuk mengambil ikan dalam kotak Tupperware-nya yang terbuka. Dari situ Mia menyimpulkan bahwa mereka udah cukup dekat dari pantai. Saat kontainer mulai bocor karena udah nggak bisa lagi menahan tekanan air laut, dengan sisa waktu yang ada, Mia merakit 'perahu kecil' dari peti kayu untuk menaruh bayinya di situ. Ia memanfaatkan Tupperware yang diikatkan di tiap sisi, biar 'perahu' itu tetap mengapung di atas air. Namun hal buruk terjadi saat Mia mau menyelamatkan beberapa barang kenangannya yang ada di dalam kontainer yang hampir tenggelam. Kakinya tersangkut tali, membuat Mia hampir ikut tenggelam bersama kontainernya. Namun ia nggak menyerah. Ia mencoba sekuat tenaga memotong tali di kakinya, hingga akhirnya ia berhasil naik ke permukaan.

Tapi ombak rupanya memisahkan Mia dari bayinya. Perahu Noa terombang-ambing entah ke mana. Ibu mana yang nggak panik anaknya hanyut di lautan lepas? Apalagi ia melihat ada paus di dekat mereka dengan suaranya yang seakan mengancam. Mia khawatir paus itu bakal mencelakaan atau bahkan memangsa Noa. Tiba-tiba paus itu memancurkan air. Percikan airnya mengenai wajah dan tubuh Noa, membuatnya bangun dari tidur dan menangis. Tangisan itu membantu Mia untuk menemukan Noa kembali. Jujur, aku merinding di part ini, karena adegan ini tuh menunjukkan adanya campur tangan Tuhan melalui makhluk-Nya gitu lho.


Pasca kontainernya karam, Mia dan Noa kembali terombang-ambing di lautan. Mia berpegangan pada 'perahu' yang membawa Noa, sementara separuh tubuhnya masuk ke air. Dengan sisa tenaga yang ada, dia mengeluarkan bangkai-bangkai ikan dari kotak Tupperware dan memasukkannya ke laut untuk mengundang burung-burung camar. Ini adalah bagian dari rencana terakhirnya. Segerombolan burung camar yang mengerubungi Mia dan Noa itu akhirnya mengundang perhatian sebuah keluarga nelayan.

Sang istri yang merasa penasaran dengan gerombolan burung camar itu pun meminta suaminya untuk menggerakkan kapal mereka agar mendekat. Di situ lah mereka menemukan 'perahu' Noa. Mereka bertanya-tanya di mana keluarga bayi itu. Sang istri pun curiga pada seutas tali panjang yang masuk ke dalam air. Ia mencoba menarik tali itu kuat-kuat, dan alangkah terkejutnya mereka saat tali yang mereka tarik itu rupanya tersambung pada lengan seorang wanita. Keluarga itu pun membawa Noa dan Mia ke kapalnya. Di situ, mereka mencoba menyelamatkan nyawa Mia. Si istri bahkan nggak ragu memberikan nafas buatan dan melakukan CPR. Ia sempat hampir menyerah saat nggak kunjung melihat tanda-tanda kehidupan pada tubuh Mia. Namun ketika melihat si kecil Noa, perempuan itu kembali bersemangat melakukan pertolongan, hingga akhirnya Mia terbatuk-batuk dan kembali bernafas, membuka lembaran barunya bersama Noa setelah 23 hari yang penuh perjuangan.

Sumpah, film ini benar-benar bikin aku deg-degan dari awal sampai akhir. Akting Anna Castillo bagus banget. Dia mampu membawa penonton untuk ikut merasakan gimana rasanya terjebak di dalam sebuah kontainer setengah tenggelam selama hampir satu bulan lamanya, terombang-ambing di lautan seolah nggak ada lagi harapan hidup. Sepanjang film, aku kayak takut banget Mia kena baby blues trus nekat nyakitin Noa. Trus kan ada scene di mana Noa kedinginan dan Mia menyalakan api di dalam sebuah kaleng biar Noa merasa hangat. Di situ aku khawatir banget apinya jatuh pas mereka tidur dan kena Noa. Huhu.

Aku suka banget sama character development-nya Mia, gimana dia yang awalnya adalah perempuan yang nggak berdaya dan hampir putus asa, bertransformasi menjadi seorang perempuan tangguh, kreatif, dan banyak akal. Bayangin, dalam keadaan kalut, dia masih bisa berpikir cepat buat bisa menyulap kabel earphones jadi jala ikan. Sosok Mia benar-benar mewakili ibu-ibu hebat di dunia yang rela berjuang, melakukan hal apapun demi buah hatinya. Film ini juga memberi pesan bahwa, dalam situasi segelap dan segenting apapun, selalu ada secercah harapan yang bisa kita genggam, asal kita nggak berhenti berjuang. Dan cinta, rupanya punya kekuatan besar yang mampu mendorong kita untuk tetap survive.

0 komentar:

Posting Komentar

Putri V_

Total Tayangan Halaman

508029
 
;